Aku, Dia dan Mereka

Sebuah Pencarian dan Pembelajaran Diri

Rabu, 11 Februari 2009

ENERGY DI LUAR CENDELA

Pagi itu sangatlah cerah, banyak anak-anak, tua-muda sedang menikmati kecerahannya. Alya sedang malas membuka cendela karena udara sangatlah dingin. Bunda Alya mengucap salam, ia perlahan-lahan membuka pintu kamar, di lihatnya alya masih berbaring, ” kamu sudah sholat subuh, Al?”, tanya Bunda.” Sudah bunda?!” sahut Alya. ” Kenapa kamu tampak tak bergairah? sambutlah pagi seperti mereka, this is nice day girl, to do something, come on wake-up!” di elus rambut alya. Dengan langkah gontai diseret kakinya ke kamar mandi. Tak berapa lama kemudian Alya sudah keluar dari kamar mandi, diambilnya pakaian. Lalu Alya sudah ada di meja makan, di lihatnya menu pagi itu, “ Uh, tempe lagi…tempe lagi, aku sudah bosan..bosan!”, tidak di sentuhnya makanan itu, dengan kesal ia segera pergi ke kamar. Dari jauh melihat hal itu bunda gelisah, “apa yang terjadi dengan Alya ?” pikir Bunda. Di susulnya Alya di kamar, “What’s the matter with you girl?”. ” Boring, mam!” jawabnya singkat, dilihatnya sekeliling kamar. Kamar ukuran 3x4 yang didalamnya terdapat seperangkat computer Pentium 3, almari pakaian dengan hiasan ukiran, perangkat meja belajar dan tempat tidur ukuran sedang, dinding yang tertempel foto dia dengan sahabatnya dan foto kedua orang tuanya dengan cendela yang menghadap ke jalan sungguh ruangan yang sehat dan fentilasi yang cukup sejuk . Ternyata suasana kamar yang nyaman dan fasilitas yang ada tidak juga membuat dirinya nyaman,”What makes your boring girl?”,tanya bunda dengan lembut. ” Mam, aku bosan dengan keadaan ini, aku ingin lebih, baju yang mahal, computer yang canggih, makanan yang enak, dan kamar yang luas”, Perlahan sang Bunda mendekati cendela, di sibaknya kain kelambu,” kamu tahu nak, perhatikan sesuatu yang ada di balik cendela, di sana banyak cerita dan itulah kehidupan yang sebenarnya, bukan kehidupan yang sempit di balik kamar ini, that’s really girl”. Lalu Bunda meraih tangan Alya untuk melihat jendela. Mendengar penjelasan bunda membuat Alya tertarik dengan pemandangan di balik cendela, maklum saja kesibukan Alya yang banyak mulai ikut bimbingan, kursus musik dan siswa sekolah SBI yang pulang sore, telahmenyita waktunya tiap hari. Terkadang membuat ia jarang memperhatikan di sekelilingnya, jikalau tidak karena perhatian bunda terhadap agamanya mungkin Alya tidak tahu apalagi yang di lakukan dalam hidup ini.
” Anakku, kamu tahu di sana banyak gambaran yang membuat kamu mengerti dan tahu bahwa ada diantara kita yang tidak seberuntung kita, ada tangis, ada kegelisahan hidup, bahagia, ada pemberontakan tentang keadilan, dan masih banyak lainya, banyak orang yang tidak seberuntung dirimu, punya tempat tinggal yang nyaman, fasilitas, orang tua yang perhatian, sekarang apakah itu tidak cukup bagimu?”. Perkataan bundanya yang menyentuh telah membuka mata hatinya.Tak terasa air mata Alya mengalir melewati pipinya. Ia sadar bahwa apa yang sudah di berikan oleh-Nya patut disyukurinya apapun itu dengan meraih restu-Nya.
Di dunia ini kita banyak melihat hal-hal lewat jendela, dari jendela yang dianugrahkan Tuhan berupa mata, bahkan jendela yang canggih yaitu berupa tehnologi misalnya satelit, televisi berupa berita, koran, buku dan lainnya. Dari jendela itu kita melihat beragam peristiwa, entah berapa banyak yang kita lihat. Salahsatunya kita melihat mirisnya pendidikan negeri ini, mulai kurikulum yang selalu berganti dan pelaksanaan ujian yang kontroversi. Belum lagi masalah biaya pendidikan yang selangit seakan berpihak golongan-golongan tertentu, seakan-akan untuk sekolah di negeri yang kaya tambang ini sudah sangatlah sulit, salahsatu contohnya otonomi kampus yang membuat orang tua harus mencari hutang ke sana kemari untuk membayar uang muka atau apalah istilahnya bahkan pihak kampus memberi toleransi berupa gelombang II, dan itupun biayanya tak kalah mahalnya dengan gelombang pertama, di tambah soal menduanya pemerintah terhadap anggaran 20 % pendidikan yang masih di janjikan dan entah kapan terealisasi. Kelihatanya negeri ini tidak menginginkan banyak generasi yang pandai.
Kemiskinan, kelaparan,ketidakadilan dalam hukum, bencana alam, demonstrasi, gambaran politisi pemimpin bangsa ini, gaya hidup selebriti, kriminalitas yang tinggi dan canggih, pergaulan bebas, peperangan, korupsi yang merusak negeri, entah banyak yang kita lihat melalui jendela. Ada kegetiran, tangisan, ketidak berdayaan, ketakutan, kemarahan, ketidak pedulian, sumpah serapah yang melihat dari balik jendela. Bahkan ada segelintir orang yang merasa nyaman dengan tempat dan fasilitas di dalam kamar pribadi, hal itu karena banyak kesenangan di dalamnya, kecenderungan melihat jendela semakin kecil, baginya membuka jendela mengurangi privacinya dan membiarkan gangguan masuk dan akhirnya menutup diri (=Uzlah), tidak peduli yang penting selamat diri sendiri asal perut kenyang, dan semua tercukupi tak peduli kanan-kiri dan tak ambil pusing atas apa yang terjadi.
Sungguh kenyamanan yang mematikan nurani dan empati. Mungkin umat yang seperti ini yang membuat Muhammad rasul bumi menangis dan takut,” Sungguh yang kutakutkan pada diri umatku bukan kesulitan-kesulitan yang menimpanya, melainkan kemudahan-kemudahan, kelapangann yang di berikan atau di punyai, karena dengan kemudahan dan kelapangan sedikit mereka bersyukur”. Kenyamanan telah menutup hati nurani dan banyak orang berlomba-lomba untuk mencapai kenyamanan itu, baik cara yang halal maupun cara yang di haramkan agama.
Menarik membaca dari kisah diatas, tentang seorang ibu yang mencoba mengajak anaknya untuk melihat kacamata kehidupan baik lewat mata maupun nuraninya, bahwa kita jangan malas dan menutup diri untuk selalu membuka jendela. Menyerap apa yang kita lihat dan kita dengar, lihat dan simak ketidaknyamanan penghuni lain, dan mengambil saripati peristiwa agar menjadi energi baru bagi kita. Agar kenyamanan, kemudahan yang kita dapatkan menjadi energi yang dapat dirasakan dan di serap orang-orang sekitar kita, berbagi, bermanfaat, dan mensyukuri, itulah yang menajamkan selalu hati. Membersihkan jendela hati kita agar bersih hingga kita melihat kaca mata dunia dengan indah. Amin. (Hoer)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda